Gempa dengan kekuatan 7,3 skala richter yang terjadi pada hari Rabu sore tepat pukul 15.00 lebih dan berlangsung dua kali dengan rentang waktu 10 menit ini membuat syok masyarakat Jawabarat dan sekitarnya.
Banyak korban dilaporkan meninggal dunia akibat tertimpa reruntuhana bangunan, bahkan di daerah Cianjur ada daerah yang tertimbun longsor akibat tanahnya digoyang gempa.
Kuatnya gempa yang masih teringat oleh masyarakat Tasikmalaya dan sekitarnya, membuat enggan kembali ke rumah karena takut akan adanya gempa susulan.
Ini juga yang dirasakan di kampung saya di Tanjung Manggu, Desa Sindangrasa Ciamis, sore hari setelah gempa, warga Tanjung manggu masih banyak yang berkumpul di luar rumah dan ditempat terbuka, kepanikan warga juga terjadi hingga malam hari.
Seusai salat Tarawihan, warga Tanjungmanggu mulai banyak yang berjaga-jaga diluar. Dinginnya malam tidak mengganggu kami untuk tetap terjaga dari tidur. Waktu sudah menunjukan sekitar pukul 11 malam, tiba-tiba menambah kecemasan akan terjadi gempa susulan ditambah padamnya lampu, ini membuat kami semua kembali keluar rumah. Selang beberapa waktu lampu nyala lagi, kami pun mulai lega. Beberapa rekan keluarga ada yang sudah tidur disekitar ruang tengah rumah agar tidak jauh dari pintu.
Pukul 12.00 tepat tengah malam, lampu kembali padam dan ini berlangsung lama, kamipun kembali ke luar karena. Bahkan ada satu keluarga yang tidur berbarengan dihalaman rumahnya. Walaupun begitu, akhirnya kami terkalahkan juga oleh rasa kantuk.
Mungkin malam itu bagi kami warga Tanjung Manggu Ciamis, terasa malam yang sangat tegang dan panjang begitu juga dengan warga lainnya yang menjadi korban gempa.
Alhamdulillah, malam tadi tidak terjadi gempa susulan.
Dan kami pun harus segera beraktifitas kembali di pagi hari ini.
Banyak korban dilaporkan meninggal dunia akibat tertimpa reruntuhana bangunan, bahkan di daerah Cianjur ada daerah yang tertimbun longsor akibat tanahnya digoyang gempa.
Kuatnya gempa yang masih teringat oleh masyarakat Tasikmalaya dan sekitarnya, membuat enggan kembali ke rumah karena takut akan adanya gempa susulan.
Ini juga yang dirasakan di kampung saya di Tanjung Manggu, Desa Sindangrasa Ciamis, sore hari setelah gempa, warga Tanjung manggu masih banyak yang berkumpul di luar rumah dan ditempat terbuka, kepanikan warga juga terjadi hingga malam hari.
Seusai salat Tarawihan, warga Tanjungmanggu mulai banyak yang berjaga-jaga diluar. Dinginnya malam tidak mengganggu kami untuk tetap terjaga dari tidur. Waktu sudah menunjukan sekitar pukul 11 malam, tiba-tiba menambah kecemasan akan terjadi gempa susulan ditambah padamnya lampu, ini membuat kami semua kembali keluar rumah. Selang beberapa waktu lampu nyala lagi, kami pun mulai lega. Beberapa rekan keluarga ada yang sudah tidur disekitar ruang tengah rumah agar tidak jauh dari pintu.
Pukul 12.00 tepat tengah malam, lampu kembali padam dan ini berlangsung lama, kamipun kembali ke luar karena. Bahkan ada satu keluarga yang tidur berbarengan dihalaman rumahnya. Walaupun begitu, akhirnya kami terkalahkan juga oleh rasa kantuk.
Mungkin malam itu bagi kami warga Tanjung Manggu Ciamis, terasa malam yang sangat tegang dan panjang begitu juga dengan warga lainnya yang menjadi korban gempa.
Alhamdulillah, malam tadi tidak terjadi gempa susulan.
Dan kami pun harus segera beraktifitas kembali di pagi hari ini.
Alhamdulillah Kang Azeez dan keluarga selamat dan sehat
BalasHapuswaktu dengar khabar ttg gempa di tasikmalaya, saya langsung cari peta Jabar, ternyata ciamis dekat sekali dg pusat gempa...sy sempet ingat dg laskar galuh.. tapi baru ini sempet berkunjung..
semoga saudara-saudara kita disana diberikan kekuatan dan ketabahan. Amiin.
Alhamdulillah Bunda,, atas Rahmat Allah SWT., saya dan keluarga masih sempat menyelamatkan diri ke lapangan terbuka, walaupun genteng-genteng pada "berterbangan". Makasih atas do'anya... Moga di Kalimantan tidak seperti di Ciamis. hhe Amin...
BalasHapus